Sabtu, 30 Juli 2011

Saat ketika jabatan mulai di banggakan

Sebuah kisah, insyaALLAH akan bermanfaat dan bisa diambil hikmah,…..
Berawal dari sebuah pagi ia seorang anak yang hanya guru sukwan atau guru tidak tetap, berusaha tetap bersyukur menjalani hari-harinya, pagi yang indah matahari mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan indah dunia, di pagi yang sejuk tersebut tibalah pemuda sukwan itu dikantornya. Seperti biasa ia diberi tanggung jawab oleh kepala sekolahnya, ia harus mengawasi anak-anak untuk senam selain hari senin.
Sesampainya ia dikantornya, ia rasa pagi itu indah, senyum semangat sangat ia rasa pagi itu, tiba-tiba datanglah seorang guru kelas tanpaknya tidak terlalu bersemangat, pemuda itu merasa lelaki itu tanpak membawa aura tidak menyenangan, dengan tegur yang terasa tidak bersahabat sepertinya laki-laki ini tidak suka pada pemuda itu, entah apa yang terjadi pemuda itu hanya menyimpan sebuah tanya dihatinya, ia hanya terheran dan penuh tanya, tak seperti biasanya, teringat beberapa hari yang lalu pemuda sukwan tersebut masih dipercayakan oleh lelaki itu untuk menjaga dan melatih gerak jalan. Bahkan saat ketika pertama kali perekrutan anak-anak yang akan mewakili sekolah itu maju ke medan lomba. Laki-laki setengah baya itu sempat mengucapkan kata-kata yang didengarkan oleh seluruh siswa pilihannya, kata-kata itu masih teringat jelas dihati pemuda itu dengan lantangnya lelaki itu berkata “ anak-anak barisannya tetap seperti ini jika harus ada yang diganti atau dirubah maka itu terserah keputusannya fulan dan fulan ( pemuda itu dan seorang temannya yang juga guru sukwan )”.
Dengan lantang dan didengar anak-anak ia telah menyerahkan kepercayaan untuk membina anak-anak yang akan mengikuti lomba tersebut, sungguh suatu kepercayaan yang teramat sangat berat bagi pemuda dan temannya itu, bagi pemuda itu, itu adalah sebuah amanat yang harus dijalankan dengan sepenuh yang ia bisa, pemuda itupun tak banyak bicara lagi segera ia lakukan amanat yang itu.
Tak beberapa lama latihan itu berjalan, pemuda it terus berusaha berikan yang terbaik untuk anak didik yang telah ia percayakan padanya, pagi dan sore pemuda itu berusaha meluangkan waktu untuk bisa berkumpul dan menjalankan amanah tersebut, satu keinginannya ia ingin berikan ilmu yang ia pelajari, selain itu ia hanya ingin berikan yang terbaik apa yang ia bisa untuk sekolah itu. Tak ada maksud pemuda itu untuk sok tau atau ingin sok memimpin, di hatinya jika memang ada yang lebih sanggup dan lebih baik serta bisa, pemuda itu tidak akan pernah ikut campur atas semua.
Latihan pun berjalan mengikis waktu yang hanya tinggal beberapa hari itu, berjalan seiring waktu anak-anak sangat antusias mengikuti latihan demi latihan bahkan hari libur pun mereka meminta kepada pemuda itu untuk tetap latihan.
Pemuda itu pun mengusahan waktu untuk anak-anaknya, setelah tinggal beberapa hari lagi. Ada seorang guru mengusulkan kepada lelaki itu untuk mengganti seorang anak karena dianggap kurang bersemangat, dimata pemuda itu anak yang diusulkan tadi ia cukup mampu dan bisa mungkin ia hanya perlu sedikit perhatian lebih, pemuda itupun sempat berkata pada seorang guru yang ia adalah bendahara sekolah itu, seperti yang ada dalam pikirannya.
Namun entah kenapa lelaki setengah baya tadi sepertinya tidak senang, hari itu pemuda ini ( fulan ) masuk kekantor tersebut ada tugas yang harus ia selesaikan, dalam kantor tersebut ada kepala sekolah, bendahara, lelaki itu, dan fulan. Setibanya fulan memasuki kantor tersebut ia duduk di depan computer dengan satu temannya yang sukwan tapi telah hampir 10 tahun disana, bendahara mulai mengatakan kepada lelaki tersebut tentang anak-anak yang akan mengikuti lomba serta seorang anak yang diusulkan oleh salah seorang guru kepada laki-laki tadi, mulai ia berkata :
Bendahara : “ pak anak itu ( anak yang diusulkan untuk diganti ) tidak perlu diganti kata fulan”!
Laki-laki :” ITU SEMUA TERSERAH SAYA, BUKAN APA KATA GURU SUKWAN”.
Dengan nada yang sangat keras dan membentak lelaki itu mengatakan, terdengarlah seisi ruangan yang cukup besar tersebut, sempat ia menatap pada si fulan, fulan pun cukup terkejut mendengarkan kata-kata itu. Seketika itu pun fulan beranjak dari tempat ia duduk seraya berkata “ ia sudah pak masalah ini saya serahkan”!.
Seketika itupun sifulan hanya melatih saat ia mempunyai waktu sore hari karena menerima amanat dari bendahara, ia berusaha jalani semua amanat tersebut dengan sepenuhnya yang ia bisa, fulan sangat teringat pada kata-kata lelaki itu yang cukup membuat ia sakit dan panas atas semua kata-katanya, tapi dengan tenangnya pemuda itu hanya tersenyum walau dihatinya sedang berkecamuk perasaan yang tidak menentu, perasaan itu ia bawa sampai ia pulang. Masih teringat saja kata-kata itu dihatinya, ia berusaha sekuat tenaga untuk mengkondisikan hatinya sedemikian rupa, hingga hatinya tidak dikuasai kebencian, berbagai cara ia lakukan ia berdo’a semoga ia tidak termasuk golongan orang-orang teraniaya, ia takut pada do’anya sendiri, ia takut akan berdo’a yang akan menyakiti orang lain, sampailah membuka sebuah artikel yang ia simpan dari internet, artikel itu berjudul “ Kisah Kesabaran Ibrahim Bin Adham”.
Dalam kisahnya disebuah arikel itu dikatakan ia adalah seorang wali ALLAH, yang dipukul oleh seorang tentara saat ia berjalan-jalan dipasar,tentara tersebut mugkin ingin menunjukkan kuasanya atau mungkin karena salah paham, ia dipukul sampai tiga kali oleh tentara tersebut, tanpa perlawanan Ibrahim Bin Adham pun berlalu. Sesampainya dirumah terdengarlah pada tentara yang tadi memukulnya bahwa yang telah dipukul olehnya bahwa ia adalah Ibrahim Bin Adham, tentara itupun mendatanginya kerumah beliau dan meminta maaf dengan bersungguh-sungguh, Ibrahim Bin Adham pun lantas menyatakan kepada tentara tersebut,” semenjak pukulan pertama engkau kepadaku, aku telah berdo’a kepada ALLAH agar mengampunkan dosa engkau”. Tentara tersebut agak keheranan dengan doa Ibrahim Bin Adham tersebut karena semua perlakuannya dibalas dengan yang sebaliknya, yaitu kemaafan yang begitu luar biasa, kemudian tentara itu bertanya kepada Ibrahim Bin Adham, “ kenapa memaafkanku wahai tuan?”
Lantas dijawab oleh beliau, “mengapakah tidak, disebabkan pukulan daripada engkau dan aku bersabar dengannya, maka aku akan dimasukkan kedalam syurga. Maka seharusnyalah aku berterima kasih kepada engkau, jutru itu aku balas engakau dengan doa semoga Allah mengampuni keselipan engkau.”…………………………………………….
Begitulah sebuah kisah dari wali Allah, yang di bacanya, kejadiannya hampir mirip dengan yang di alami pemuda tersebut. Kemudian pemuda itu berdoa kepada Allah semoga ia di ampuni dosa-dosannya, di mudahkan rezekinya, dan ia diberi kebahagiaan dunianya dan akhiratnya. Semoga jika ia mempunyai anak anaknya tidak akan pernah diperlakukan sedemikian dengan yang lain.
Pemuda itu hanya diam, sampai beberapa hari setelah lombanya selesai, ia turut bahagia setelah ia mendengar murid didikannya mendapat tiga besar, dan sampai saat hari tulisan ini di terbitkan pemuda itu hanya berpikir
Akankah orang itu dihormati karena ia adalah pegawai negeri?...
Ataukah orang itu dihormati karena ilmunya?...
Dan saat ketika jabatan itu mulai di banggakan, mungkin kita harus belajar kembali, pantaskah kita berbangga dan berkata seenaknya karena jabatan yang kita punya. Sudah benarkah apa yang kita katakan kepada orang yang lebih rendah dari kita?...
Ketahuilah kawan, marilah bersama untuk belajar memaafkan walau sesakit apapun yang kita alami, marilah kita balas semua hal yang menyakitkan kita dengan suatu hal yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar